suararelawan – Jejak Sejarah Alun-alun Sumedang, Sejak Jaman Pangeran Sugih Sampai Sekarang
Menurut kamus KBBI alun-alun adalah hamparan tanah luas di depan Keraton atau di depan kediaman resmi Bupati. Termasuk alun-alun Sumedang, terhampar luas di depan Gedung Negara atau rumah dinas Bupati Sumedang. Inilah jejak sejarang alun-alun Sumedang sejak jaman pemerintahan Pangeran Sugih sampai sekarang.
Jaman dulu alun-alun bukan hanya berada di depan keraton atau kediaman Bupati. Tetapi alun-alun juga terdapat di depan pendopo penguasa pada jaman itu, seperti camat, wadana, raja, atau bahkan Kepala Desa. Alun-alun menjadi pusat kegiatan masyarakat seperti untuk kegiatan latihan keprajuritan, pusat perdagangan, pusat informasi, dan pusat pendidikan.
baca juga : Mitos atau Fakta? Kalau Gunung Palasari Kebakaran, Pertanda Segera Datang Musim Hujan
Perkembangan alun-alun dimulai sejak jaman Hindu-Buda, kemudian pada masa kekuasaan Mataram, masa masuknya budaya Islam sampai dengan masa penjajahan Belanda. Alun-alun menjadi pusat administrasi sosial budaya, tempat penyelenggaraan hiburan rakyat, sayembara bahkan tempat penyampaian informasi berupa perintah dari penguasa, atau informasi yang berkaitan dengan istana.
Jejak sejarah Alun-alun Sumedang berlangsung pada saat pemerintahan Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih (1836 – 1882). Pembangunan alun-alun pada saat itu selaras dengan pengembangan Kota Sumedang. Tahun 1850 beliau melakukan penataan kota dengan membangun Masjid Agung di sebelah barat alun-alun, gedung Bengkok (Gedung Negara) di sebelah Selatan dan beberapa gedung di sekitaran Srimanganti. Srimanganti sendiri adalah kediaman resmi Bupati Sumedang pada saat itu.